0,1%, Presentasi!

Kucubit keras-keras pipiku karena aku harap saat ini aku sedang bermimpi. Tapi, semua sia-sia saja. Aku terpanggang di depan. Aku ingin me-review waktuku.
***
Aku masih juga malas malam itu menyentuh tugas APF untuk jam pertama ini. Walaupun mataku masih menyala hingga pukul setengah 9 malam. Dan tiba-tiba terjadi gejala yang menarikku kuat-kuat untuk ke ranjang, dan dalam hitungan detik aku sudah tak menyadari apa yang terjadi
***
Seingatku, Lainnya

Terima gak Terima Harus Terima!

Semua terasa sesak. Rasanya roda kehidupan tiba-tiba berbalik, terjungkir, dan tanpa kuinginkan menindih seluruh tubuhku yang ringkih. Apakah Tuhan memang sengaja membalik roda kehidupan itu hanya untukku? Atau orang lain juga bisa merasakan hal yang sama dengan yang telah menjadi batinanku? Entahlah, hanya Tuhan yang tahu.
Baru beberapa jam yang lalu aku merasa sangat bahagia, —walaupun tidak menjadi harapan sebelumnya— ketika salah seorang yang sering kusebut sebagai sahabat mengusulkan ‘lepas rindu’ bersamaan dengan birthday-ku. Lainnya

Sifasa Vs Sohib

Kawan, akhir-akhir ini baru saja Sifasa ketahui bahwa tidak hanya dirinya yang menjadi korban kejam seorang lelaki bertitle PB itu. Seorang wanita lagi telah terdaftar sebagai korbannya, dan hal itu sontak membuat Sifa sangat terkejut. Pasalnya wanita itu bukan orang jauh Sifa, Lainnya

Selesai

Sifasa terluka, semua rencananya gagal dan ia tidak mendapatkan apa-apa. Dia memang putus hari ini, tapi hanya lewat pesan singkat yang diantar oleh GSM di hanphone-nya. Sebenarnya semua sudah cukup terungkap, tapi laki-laki itu tetap saja pandai memutar-balikkan fakta. Akhirnya sifa dipojokkan lagi oleh rasa bersalah—itu juga yang dulu Nino lakukan. Huuuuuft, yang namanya wanita tetap saja air mata sebagai senjata utamanya, Sifa kembali membuka bendungan air mata ketika Nino mengatakan sifa tak ada rasa sayang pada Nino selama mereka berpacaran. Yah, kessetiaan dan perhatian selama ini ternyata terabaikan. Padahal dalam hidup Sifa, dia tak lupa memasukkan Nino dalam doa, memperhatikan Nino meski kadang diabaikan, dan selalu tanggap pada masalah yang dibutuhkan Nino. Dalam waktu dekat ini Nino memang akan menghadapi sebuah ujian yang ikut menentukan masa depannya, dan di situlah selama ini posisi sifa. Sifa tak lengah sedikit pun dalam urusan itu. Tapi tanggapan Nino sangat berbeda dan masih bisa mengatakan Sifa tak sayang, hanya Nino yang selalu menyayangi Sifa.—apakah benar begitu? Nonsen. Lainnya